Tuesday, February 22, 2005

HAN-PYEONG KONG-WON (한 평 공원): GERAKAN PARTISIPATIF MEMBANGUN TAMAN SUDUT

Taman berukuran sempit yang lazim disebut sebagai taman sudut atau pocket park umumnya dibuat sekedar "pengisi" ruang-ruang sisa, pojok atau sudut yang masih kosong. Sehingga fungsi taman ini umumnya tidak jauh dari sekedar kosmetik yang mempercantik Iingkungan di perkotaan. Namun tidak demikian halnya dengan Taman Satu Pyeong (Han-Pyeong-Kong-Won) ini. Pyeong adalah ukuran satuan luas areal terkecil yang umumnya digunakan di kawasan Asia, termasuk di Korea. Satu pyeong setara dengan kira-kira 3.3 meter kwadrat.




Yang menjadi pertanyaan kemudian apakah mungkin untuk membuat taman yang fungsional dengan ukuran satu pyeong ? Inti dari program pembuatan Taman Satu Pyeong ini adalah tidak semata-mata diartikan secara untuk kuantatif untuk membuat taman seukuran tersebut, mamun secara simbolis menyiratkan makna akan adanya semangat untuk membuat taman sebagai wadah bersosial walaupun hanya berukuran satu pyeong sekalipun.




Di kota Seoul, program taman satu pyeong yang membawa misi mulia digerakan oleh LSM. Dalam proses pembangunan taman tersebut mulai dari tahap perancangan sampai pembangunan taman tersebut melibatkan bebagai pihak, tidak saja kelompok profesional arsitek, perencana kota dan arsitek lanskap, tetapi juga peran utama masyarakat setempat. Hal yang khas dalam program ini adalah gerakan membangun taman lewat pendekatan partisipatif. Masyarakatlah yang berperan penting dalam merumuskan dan menentukan keperluannya sendiri serta memutuskan hal-hal yang menjadi kebutuhan yang perlu direalisir pada taman tersebut. Peran perancang, biasanya hanya sebagai fasilitator dan berbagi ide dan pendapat, namun keputusan sepenuhnya berada di tangan masyarakat yang bersangkutan.



Dari empat tapak yang diprogramkan, yaitu masing-masing di distrik Wonseo-dong, Oksu-dong, Geumho-dong and Jeonnong-dong, program yang dikembangkan pada tapak di distrik Wongseo-dong telah terealisasi secara sempurna. Wujud dari gerakan membangun Taman Satu Pyeong ini dapat kita saksikan di Wongseo-dong. Mulai dari sekedar meletakan beberapa pot di depan rumah di bawah teritisan air, sampai "menghijaukan" sudut-sudut gang, ujung jalan buntu dan simpangan-simpangan jalan. Nuansa hijau yang terbentuk tidak terbatas pada jenis-jenis tanaman hias, tetapi juga disemarakan dengan aneka tanaman sayuran, tanaman buah--seperti gerakan "tabulapot" (tanaman buah dalam pot) di tanah air-- serta tanaman herbal, mirip "toga" (taman obat keluarga) yang kita kenal. Dari ruang-ruang sempit yang ada seakan-akan tidak sejengkalpun dibiarkan tersisa. Efisiensi ruang terlihat pada pemanfaatan semua dimensi ruang. Tidak cukup mengokupasi dimensi alas dari ruang horizoltal, penanaman merambah ke dimensi vertikal, dengan teknik penanaman vertikultur. Demikian juga pot-pot bunga yang digantung pada teritisan air semakin memperkuat konsep ruang dari Taman Satu Pyeong ini. Pendek kata dari ketiga komponen pembentuk ruang, alas, dinding dan atap tidak ada yang dibiarkan sia-sia tanpa manfaat.

Aspek multi fungsional pada ruang-ruang yang tercipta dari gerakan membangun Taman Satu Pyeong ini merupakan jasa lingkungan yang hadir pada kawasan padat penduduk di pusat kota Seoul. Mulai dari pemenuhan kebutuhan fisik yang dapat diperoleh langsung dari produksi, sayuran, tanaman obat atau buah-buah yang siap dikonsumsi, sampai nilai-nilai tak-teraga (intangible) yang hadir melalui nuasa estetika lingkungan dengan aneka warna, bentuk, aroma, dan "rasa" terwujud dalam suasana asri, sejuk dan nyaman. Lebih dari itu ruang-ruang tersebut menjadi wadah dalam "proses" bersosial antar warga yang penuh makna kebersamaan. Mulai dari proses persiapan awal, merancang sampai membangun yang dilanjutkan dengan memelihara sangat pekat dengan nuansa tolong-menolong, bantu-membantu dan jalinan semangat kekeluargaan.

Pelajaran yang sangat berharga atas keberhasilah program ini tidak bisa hanya ditinjau dari indikator hasil implementasi lapang yang dapat dilihat mata. Namun jauh lebih bermakna kalau dilihat dari prosedur untuk merealisasikan program tersebut melalui hubungan kemitraan berasama antara LSM, masyarakat, pemda, perancang dan pelaksana.

Tampaknya ide pengembangan taman ini di kawasan perkotaan padat penduduk dengan keterbatasan lahan merupakan model yang patut dikembangkan di kawasan serupa di tanah air. Kawasan-kawan yang tergolong "kupat" (kumuh-padat) dan "kumis" (kumuh-miskin) merupakan target yang perlu menjadi prioritas. Pengembangan model taman ini sangat penting untuk kawasan tersebut, justru dengan segala keterbatasan yang ada namun hakekatnya mereka sangat memerlukan ruang-ruang bersosial yang layak dan memadai. Dengan membangun taman dengan fungsi sosial ini kiranya sekaligus menepis anggapan bahwa yang namanya taman itu identik dengan kemewahan dan hanya layak sebagai konsumsi masyarakat menengah ke atas. Semoga model pemberdayaan masyarakat pada kawasan-kawasan ini merupakan pendekatan yang dapat dikembangkan pada kawasan-kawasan serupa di tanah air, tentunya dengan semangat:"dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat".



Kawasan Jalur Hijau Metropolitan Seoul, Lembah Gunung Kwanak, Kampus SNU, Seoul, Akhir Oktober 2004.
Copyright©qodarian pramukanto

0 Comments:

Post a Comment

<< Home